
Catur adalah salah satu permainan favorit saya. Bahkan saking sukanya saya dengan catur, blog ini hanya tinggal sejengkal untuk saya jadikan blog bernuansa catur pada saat awal berdirinya di tahun 2011. Proses penjernihan hatilah yang kemudian mengubah blog ini jadi lebih mengarah ke diskusi ekonomi dan uang.
Meski begitu, butuh waktu 14 tahun bagi saya untuk bisa mengangkat topik ini di sini, di blog yang temanya pernah terpaku kaku. Ya, butuh waktu selama itu bagi saya untuk menyadari adanya satu konsep penting yang sama-sama bisa kita dapatkan dari bermain catur dan mengelola uang.
Konsep itu bernama delay gratification atau kepuasan yang tertunda.
Konsep Kepuasan yang Tertunda dalam Catur
Saya memang tidak bisa mengatakan secara sepihak bahwa saya adalah seorang jago catur (ini harus dibuktikan dan orang lain yang menilai), tapi saya tahu salah satu ciri seorang jago catur adalah kesediaannya menunggu momentum.
Di permainan awal (opening game), ia tidak akan langsung melakukan langkah agresif, tapi justru membangun pondasi yang kokoh untuk kontrol petak pusat yang lebih kuat. Bahkan ketika tawari sebuah bidak gratis, seorang jago catur tidak akan mudah menerimanya karena tahu seringkali itu hanyalah pancingan dari lawannya.
Dalam catur, pancingan seperti ini disebut gambit. Istilah ini diambil dari bahasa Italia, yaitu gambetto, yang berarti “menjebak lawan dengan menjatuhkannya.”
Butuh pemahaman dan kebijaksanaan untuk bisa menolak pancingan semacam ini dalam bermain catur. Mereka yang “asal bisa” bermain akan melihatnya sebagai sebuah kebodohan yang dilakukan oleh si pelaku gambit, dan hampir pasti akan menerima(memakan)nya.
Padahal, si pelaku gambit hampir pasti akan mendapatkan keunggulan dari situ berupa keunggulan posisi, perkembangan, dan inisiatif. Ketiga keunggulan ini sudah lebih dari cukup untuk menutupi kerugian materinya yang bersifat sementara itu (karena kehilangan satu bidak).
Seringkali, jika dilakukan dengan benar, pelaku gambit akan mampu mengembalikan kerugian materinya dengan segera. Ia pun akan lebih mendominasi di fase pertengahan (middle game) hingga akhir permainan (end game).
Itulah konsep kepuasan tertunda yang ada dalam permainan catur.
Konsep Kepuasan yang Tertunda dalam Kehidupan Nyata
Dalam konteks kehidupan nyata, konsep ini hampir menjadi sebuah ironi, menurut saya. Perkembangan teknologi yang begitu pesat telah menciptakan berbagai inovasi, yang kemudian seolah memaksa kita menelan bulat-bulat sebuah sesat pikir (fallacy) bahwa segala sesuatunya bisa dan harus diperoleh dengan segera.
Dunia keuangan, misalnya, telah menghasilkan inovasi berupa produk-produk yang kompleks dan fenomenal. Mulai dari kartu kredit hingga kemunculan “makhluk” yang saat ini kita kenal dengan sebutan financial technology (fintech) company–istilah samar yang semakin tak samar lagi dengan peminjaman online (pinjol),
Naif saya kira jika tidak mengakui bahwa barang-barang semacam itu telah menggeser pola pikir masyarakat dalam mencapai tujuan finansialnya, mengubah konsumerisme suatu negara, dan memformat ulang hakikat ekonomi yang sebenarnya.
Entah apakah ini bisa dikatakan sebagai sebuah Black Swan–istilah yang digunakan untuk kejadian-kejadian yang berdampak luas bagi kehidupan dan muncul secara tak terduga, yang dipopulerkan Nassim Taleb dalam bukunya The Black Swan–atau tidak. Yang jelas, konsep berutang telah berubah total, yang mengubah tata cara kehidupan kita juga, sebetulnya.
Bagaimana tidak, sekarang kita tidak perlu menunggu waktu yang lama dan hanya perlu sepeser uang saja untuk bisa memboyong sebuah kendaraan bermotor ke garasi kita kan? (Mekipun selanjutnya, cicilan yang akan berbicara setiap bulannya). Itulah mengapa kita lihat saat ini jalanan semakin hari semakin sumpek.
Menariknya, itu dikatakan sebagai sesuatu yang menopang geliat konsumsi dan pada akhirnya menumbuhkan ekonomi. Teorinya memang mengatakan demikian, tidak ada yang salah. Asalkan jangan sampai ada yang menyadari gagal bayar utang sebagai momok sistemik nantinya.
Tapi saya tidak ingin membawa Anda ke bahasan itu sekarang. Saya hanya ingin menyoroti perubahan perilakunya.
Berutang, meskipun sudah tidak lagi dikenal dengan makna yang tradisional menurut saya, memang sah-sah saja dilakukan. Hanya saja, Anda tetap perlu menyertakan ruh kebijaksanaan di dalam jiwa Anda ketika memutuskannya.
Anda tidak boleh lupa bahwa pengorbanan akan mengantarkan pada hasil yang sepadan. Dan pengorbanan itu hakikatnya tidak di belakang, tapi di depan. Menunda kepuasan itu termasuk pengorbanan. Tidak tergesa-gesa mengakuisisi suatu aset itu penundaan kepuasan, yang hasilnya nanti akan sepadan.
Permainan catur telah menunjukkan bahwa ketenangan dan kesabaran akan membawakan keuntungan di akhir permainan. Dalam keuangan pun demikian, kemampuan menahan godaan kecil di awal, seringkali justru memberikan kita kesempatan untuk memetik buah yang jauh lebih manis di hari kemudian.
Kesimpulan
Menunda kepuasan bukan berarti menunda kebahagiaan. Justru dengan menunggu waktu yang tepat, kita bisa merasakan bentuk kebahagiaan yang lebih utuh, lebih bertahan lama, dan lebih membebaskan.
Catur mengajarkan kita bahwa kemenangan sejati bukanlah hasil dari satu langkah tergesa-gesa, melainkan dari rangkaian keputusan penuh kebijaksanaan. Dalam hidup dan dalam mengelola keuangan, seni menunda kepuasan bukan sekadar soal hemat atau sabar, tapi tentang persiapan agar bisa melangkah lebih jauh tanpa harus terjungkal di tengah jalan.
Jika selama ini Anda merasa keputusan keuangan Anda kerap berujung penyesalan… barangkali Anda memang perlu belajar catur.
Proses berpikir sebelum melangkahkan bidak catur itu sendiri sudah merupakan sebuah kebijaksanaan menurut saya (apalagi jika dengan pemahaman yang mendalam). Tentu saja merupakan sebuah kebijaksaan juga ketika Anda membiasakan diri berpikir (panjang) sebelum mengambil tindakan di kehidupan sehari-hari Anda.
Jadi, silakan pertimbangkan untuk membuka papan catur dan mempelajarinya.
Tidak perlu sampai jadi pecatur profesional seperti Garry Kasparov ataupun Magnus Carlsen. Tapi sebatas untuk belajar menunggu. Untuk belajar menahan diri. Untuk belajar berpikir panjang. Dan pada akhirnya, untuk belajar menang—dalam arti yang lebih luas.
Atau jika belajar catur sama sekali tidak sesuai passion Anda, minimal selalu tanyakan empat pertanyaan penting sebelum Anda mengambil keputusan keuangan. Apa saja itu? Silakan baca di link berikut.