Suatu ketika, seorang teman yang memiliki bisnis kuliner menghubungi saya dan bertanya tentang apa itu akuntansi. Saya agak terkejut mendengarnya mengingat ia sudah cukup lama menjalankan bisnisnya itu namun masih belum mengerti apa akuntansi itu. Setelah berbincang cukup panjang, saya mendapati bahwa selama ini ia hanya mengandalkan praduga dalam menjalankan bisnisnya tanpa menaruh perhatian yang cukup pada bagaimana pentingnya akuntansi.
Mudah saja sebetulnya bagi pemilik sebuah bisnis untuk memahami bagaimana pentingnya akuntansi. Ia hanya perlu merenungkan apakah informasi tentang perkembangan, keuntungan, dan masa depan bisnisnya merupakan hal yang penting untuk ia ketahui. Jika iya, maka seperti itu jugalah pentingnya memahami akuntansi.
Hal itu pulalah yang saya ajukan ke teman pebisnis saya tadi. Ia mengakui bahwa aspek-aspek tadi sangatlah penting namun, uniknya, tak satupun di antaranya yang mampu ia jadikan refleksi yang jelas atas kondisi bisnisnya.
Ketika saya tanyakan apakah bisnisnya berkembang dan menguntungkan, ia hanya bisa menjawab dengan praduga, tanpa berbicara data dan angka yang jelas (karena memang tak punya). Maka, sudah tak perlu lagi saya tanyakan tentang prospek/masa depan bisnisnya.
Tentunya, untuk itulah akuntansi hadir. Pertanyaan-pertanyaan tadi baru bisa dijawab ketika sebuah bisnis telah menerapkan suatu sistem atau proses mencatat, mengolah, dan mengomunikasikan data atas transaksi-transaksi keuangannya dalam sebuah laporan. Proses inilah yang kita sebut akuntansi.
Kondisi dimana seseorang merasa lebih kaya sekian puluh atau sekian ratus juta rupiah dibanding saat pertama ia memulai bisnis, jika tidak dibarengi informasi keuangan yang jelas, belumlah cukup untuk dijadikan kesimpulan bahwa bisnisnya sudah berada di jalur yang tepat. Keputusan strategis bagi sebuah bisnis sangat bergantung pada serangkaian analisis, dan hal tersebut tak mungkin bisa dilakukan dengan mengesampingkan akuntansi.
Akuntansi adalah Bahasa sebuah Bisnis
Laporan keuangan dan analisisnya merupakan produk utama dalam akuntansi. Dalam prosesnya, untuk menghasilkan produk-produk tersebut, akuntan mesti melalui langkah-langkah yang sangat umum dan baku, yang dikenal sebagai siklus akuntansi.
Umumnya, siklus tersebut dimulai dengan menganalisis transaksi yang muncul untuk kemudian diklasifikasikan dan dijurnal sesuai dengan akun perkiraannya (chart of accounts). Akun-akun yang telah dijurnal itu nantinya akan dikumpulkan dan dikelompokkan sendiri-sendiri di dalam buku besar (ledgers) sehingga masing-masing akan memperlihatkan rincian historis dan saldo akhirnya selama suatu periode tertentu.
Selanjutnya, akun-akun tersebut akan ditempatkan di neraca saldo (trial balance) sesuai urutannya (biasanya dari nomor akun terkecil hingga terbesar) dengan hanya akan memperlihatkan saldo akhir, sebagaimana yang ada di buku besar. Sampai di sini sudah cukup, sebetulnya, untuk kita menyusun laporan keuangan, dengan catatan tidak ada transaksi yang memerlukan penyesuaian (adjustment). Apabila ada, maka jurnal dan neraca saldo penyesuaian harus kita buat terlebih dahulu sebelum menyusun laporan keuangan.
Setelah laporan keuangan terbentuk, barulah para pemangku kepentingan (stakeholders), atau utamanya pemilik bisnis (business owner), bisa melihat seperti apa performa keuangan bisnisnya. Apakah menghasilkan profit? Seperti apa posisi keuangan atau struktur modalnya? Dan, berapa banyak uang tunai yang tersisa dan apakah bertambah atau malah berkurang dibanding periode sebelumnya?
Semua pertanyaan itu bisa dijawab dengan melihat tiga laporan keuangan utamanya, yang secara berurut, yakni laporan laba rugi, laporan posisi keuangan, dan laporan arus kas. Dari ketiga laporan ini pulalah keputusan-keputusan strategis bagi sebuah bisnis bisa ditentukan.
Kembali ke contoh kasus teman saya tadi, ketika ia menduga bahwa bisnisnya telah sukses hanya karena ia melihat saldo rekeningnya yang lebih besar dibanding saat ia pertama memulai bisnis, ia sebetulnya hanya sedang berpresumsi. Sedangkan, untuk meyakinkan dunia bahwa bisnisnya berada di jalur yang tepat, ia membutuhkan asumsi yang jelas berupa data-data akuntansi. Itulah mengapa akuntansi disebut juga sebagai bahasa sebuah bisnis.
Kita tahu bahwa sebuah bahasa berperan sebagai sistem lambang yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Maka akuntansi pun memiliki peran yang mirip, yakni sebagai lambang dari suatu rangkaian proses keuangan yang digunakan oleh pemangku kepentingan untuk berkomunikasi dan menentukan keputusan-keputusan yang strategis.
Dari situ mestinya kita bisa paham betapa pentingnya akuntansi bagi dunia bisnis, tidak hanya bagi para pemilik bisnis melainkan pula bagi para investor, kreditor, dan regulator.
Artikel ini merupakan bagian dari Serial Akuntansi yang dibuat secara khusus pada blog ini. | Baca juga tulisan selanjutnya [Memahami Persamaan Dasar Akuntansi]