Home » Putri Asya dan Keajaiban Ekonomika: Sebuah Dongeng Permulaan
Putri Asya ingin mempelajari tentang ekonomika dan bagaimana itu berperan dalam kehidupan sehari-harinya.

Dahulu kala, di negeri yang sangat jauh, hiduplah seorang putri bernama Asya. Asya tinggal di kerajaan yang indah di mana semua yang dia inginkan ada di ujung jarinya. Namun terlepas dari semua kekayaannya, Asya merasa tidak puas.

“Aku belum puas. Masih ada yang sedikit mengganjal di hatiku,” gerutu sang putri di tengah-tengah jajarannya di Istana.

“Apa yang membuat Anda merasa demikian, Tuan Putri? Anda memiliki hampir segalanya. Apa yang Anda inginkan selalu terpenuhi,” ujar salah satu pelayannya.

Namun ternyata bukan itu yang Putri Asya maksud. Ia ingin memahami bagaimana kerajaannya bekerja dan bagaimana ia dapat menggunakan sumber daya yang ada untuk kehidupannya. Maklum, ia baru saja diberi kepercayaan oleh ayahnya yang seorang raja untuk mengelola perekonomian kerajaannya, sehingga ia merasa harus memahami semua itu.

Jadi, ia memulai perjalanannya untuk mencari tahu tentang semua keajaiban itu, yang tak lain adalah ilmu ekonomi atau ekonomika.

Namun sebelum Putri Asya berangkat dari istananya, ia memanggil salah satu penasihat seniornya dan menanyakan apa sarannya. Sang penasihat pun mengatakan, “Jika Tuan Putri ingin mengetahui bagaimana semua hal di sekeliling kita ini bekerja, barangkali Tuan Putri perlu menemui seorang bapak tua di pinggiran barat kerajaan kita.”

“Bapak tua? Siapa namanya?” Putri Asya menanggapi. “Tidak ada yang tahu siapa namanya karena dia selalu menolak menjawab ketika ditanya siapa namanya,” balas sang penasihat.

Asya kembali bertanya, “Apa pekerjaannya?” Sang penasihat menjawab, “Sehari-hari dia hanya merawat kebun, Tuan Putri.” Mendengar perkataan penasihatnya, Putri Asya menjadi penasaran dan memutuskan untuk menemuinya.

Ia pun memulai perjalanannya dengan dikawal beberapa pasukan setianya. Namun, luasnya wilayah kerajaan yang ia miliki membuatnya agak kesulitan mencari si bapak tua itu. Setelah mengembara beberapa hari, ia melihat ada sebuah pondok kecil dengan kebun yang sangat bagus dan luas.

“Apakah ini tempat tinggal bapak tua yang dimaksud penasihatku itu?” Putri Asya bertanya dalam hati.

Seketika, keluarlah seorang lelaki dari pondok itu dan terlihat menuju kebun di belakangnya. Ternyata benar, orang itu adalah bapak tua yang dimaksud sang penasihat putri. Dia adalah ahli ekonomika yang menghabiskan seluruh hidupnya mempelajari bagaimana masyarakat dan bisnis membuat pilihan tentang bagaimana menggunakan sumber daya mereka yang terbatas.

Saat Putri Asya dan para pengawalnya mendekati pondok, mereka melihat bapak tua itu sedang sangat menikmati merawat kebunnya. “Permisi, pak,” kata Putri Asya. “Aku dengar bapak adalah seorang ahli ekonomika. Bisakah bapak ceritakan kepadaku tentang itu? Aku merasa bahwa itu adalah semacam keajaiban, dan keajaiban itulah yang membantu kita memaksimalkan sumber daya kita dan meningkatkan kehidupan kita.”

Bapak tua itu mendongak dari pekerjaannya dan tersenyum, seolah tidak asing dengan sang putri. “Tentu saja, sayangku,” katanya. “Tapi sebelum kita mulai, kau harus memahami satu prinsip dasar ekonomi, yaitu kelangkaan. Soalnya, tidak pernah ada sumber daya yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan dan keinginan kita, jadi kita harus membuat pilihan tentang cara menggunakannya.”

Saat Putri Asya menyimak, ia pun merasa tak asing dengan orang tersebut, terlebih suara dan gaya bicaranya. Namun, ia tak ingin memotong karena bapak tua itu tengah menjelaskan. Dia menjelaskan dengan menggunakan seorang petani sebagai ilustrasinya.

Dia menjelaskan bagaimana seorang petani harus memutuskan tanaman mana yang akan ditanam, benih mana yang akan digunakan, dan berapa banyak tenaga kerja yang akan dipekerjakan. “Semua hal itu terbatas. Itulah yang dinamakan kelangkaan,” jelas si bapak tua.

Jika si petani memutuskan untuk menanam satu tanaman, dia akan memiliki lebih banyak sumber daya yang tersedia untuk dicurahkan pada tanaman itu. Tetapi jika dia memutuskan untuk menanam lebih dari satu tanaman, dia akan memiliki lebih sedikit sumber daya yang tersedia untuk setiap tanaman, yang berarti dia mungkin tidak dapat menghasilkan sebanyak mungkin dari setiap tanaman. Ini dikenal sebagai biaya peluang.

Putri Asya mengangguk, memahami konsep biaya peluang untuk pertama kalinya. “Jadi setiap keputusan yang kubuat memiliki biaya peluang ya, pak?” katanya. “Berarti, aku harus hati-hati mempertimbangkan pertukaran yang melibatkan penggunaan sumber dayaku, nih.”

Bapak tua itu mengangguk. “Tepat sekali, nak!” katanya. “Bahkan ketika kau memilih untuk mencariku ke sini, kau telah mengorbankan sebuah atau mungkin lebih dari satu biaya peluang. Kau bisa saja, kan, memilih untuk mengawasi para pekerja pada proyek bendungan di sana (sambil menunjukkan jarinya ke arah selatan) agar mereka bekerja lebih efektif, alih-alih menemuiku? Dan itu baru permulaan. Masih banyak yang harus dipelajari tentang ekonomika.”

Putri Asya mengangguk-anggukan kepalanya, tanda ia mengerti.

“Tapi tunggu! Darimana bapak tua ini tahu kalau di sana sedang ada proyek bendungan padahal itu adalah proyek rahasia ayahku,” kata sang putri, dalam hati.

Namun Putri Asya tidak ingin terlalu mempersoalkannya, dan memiliih untuk melanjutkan percakapan mereka. Mereka kemudian menjelajahi berbagai konsep ekonomika, termasuk permintaan dan penawaran, harga-harga, dan peran pemerintah dalam mengatur perekonomian.

Putri Asya sangat penasaran dengan semua itu namun, “Kita belum akan membahas semua itu secara lebih mendetail sekarang, nak,” kata si bapak tua. “Aku lebih suka membahas lebih dulu satu konsep lagi yang teramat fundamental dalam ekonomika,” lanjut bapak tua itu. “Ini disebut insentif.”

Putri Asya mengerutkan alisnya, seolah sedang berpikir serius. “Apa itu insentif?” ia bertanya.

“Insentif adalah imbalan atau hukuman yang memengaruhi perilaku seseorang,” jawab bapak tua itu. “Itu bisa berupa uang, seperti keuntungan yang dihasilkan bisnis, atau yang bersifat non-finansial, seperti kepuasan atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Memahami insentif adalah kunci untuk memahami bagaimana orang membuat keputusan.”

Setelah Putri Asya menyimak, ia mulai mengerti bagaimana ekonomika ada di sekelilingnya. Ia mengerti bagaimana pasar di kerajaannya bekerja untuk mengalokasikan sumber daya dan menetapkan harga, dan ia mengerti bagaimana bisnis menggunakan insentif untuk membuat keputusan produksi mereka. Ia pun menyadari bahwa memahami ekonomika itu penting.

Ia teringat salah seorang warganya yang menjual macam-macam ikan segar untuk dimakan. Ia seketika menyadari betapa jauhnya jarak laut tempat ikan-ikan itu berasal dari kedai sang penjual. “Dia pasti tidak akan menjual ikan-ikan itu jika hasilnya tidak sepadan, ya, pak?”

“Tentu, nak!” jawab si bapak tua. “Tapi, apakah mungkin sang penjual ikan itu mengharapkan insentif non-finansial seperti yang bapak sebutkan tadi?” lanjut Putri Asya. “Mungkin saja. Namun mungkin tidak setiap saat. Dia tetap harus memperhatikan keuntungannya agar bisnisnya bisa terus berjalan dan roda kehidupannya bisa terus berputar, bukan?” bapak tua itu menanggapi.

Putri Asya terlihat masih bersemangat dan siap untuk bertanya lebih banyak, tapi dengan sopan si bapak tua itu menyudahi percakapan mereka dengan berkata, “Mungkin itu saja untuk hari ini, nak. Kau harus segera pulang.”

“Aku masih ingin mengetahui lebih banyak, pak. Bisakah kita lanjutkan sebentar saja?” ucap Putri Asya, bersemangat.

Bapak tua itu lalu tersenyum dan menolaknya secara halus. Dia tetap mendorong agar sang putri segera pulang. Putri Asya pun kemudian menurutinya.

Putri Asya merasa sangat berterima kasih kepada bapak tua itu karena mengajarinya tentang ekonomika, dan ia tahu bahwa ia harus menggunakan apa yang telah ia pelajari untuk membuat pilihan yang lebih baik dalam hidupnya.

Ia pun ingin menunjukkan rasa terima kasih kepada bapak tua itu atas kebijaksanaannya dengan memberinya sekantong emas, namun bapak tua itu menolak lalu pergi ke tengah-tengah kebunnya, dan entah bagaimana kemudian menghilang.

Putri Asya dan para pengawalnya mencari-cari bapak tua itu dengan menelusuri seluruh sudut kebun namun tetap tidak ketemu. Ia pun memutuskan untuk kembali ke istananya. Ia menjadi sangat bersemangat untuk berbagi apa yang telah ia pelajari dengan teman dan keluarganya.

Ketika ia kembali ke istananya, ia takjub melihat betapa banyak yang telah ia pelajari. Ia tahu bahwa memahami ekonomika itu penting bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk semua orang di kerajaannya. Jadi ia mulai mengajarkan orang lain tentang keajaiban ekonomika, dan tak lama kemudian, orang-orang di seluruh kerajaan membuat keputusan yang lebih baik tentang cara menggunakan sumber daya mereka.

Alhasil, kerajaannya menjadi lebih makmur, dan Asya dielu-elukan sebagai putri agung atas upayanya menyebarkan literasi ekonomika. Ia tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai, dan ia bersemangat untuk terus belajar dan berbagi ilmunya dengan orang lain.

Ia teringat beberapa konsep ekonomika yang belum sempat dijelaskan. Ia juga teringat satu pertanyaan penting yang terlewatkan: nama bapak tua itu. Jadi, ia memutuskan untuk menemuinya lagi nanti untuk menanyakan semua hal tersebut.

Asya benar-benar adalah seorang putri yang penuh dedikasi dan mencintai warganya. Ia sangat ingin menggunakan pemahamannya tentang ekonomika untuk memaksimalkan sumber dayanya dan menyejahterakan kehidupan masyarakat di kerajaannya. (Bersambung)


Artikel ini merupakan bagian dari Serial Dongeng Ekonomika yang dibuat secara khusus pada blog ini. | Baca juga tulisan selanjutnya [Sistem Dagang dan Hukum Pasar: Dongeng Ekonomika (2)]

Apa penilaian Anda tentang artikel ini?
+1
0
+1
0

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.