Waktu sudah berjalan cukup lama sejak Kerajaan Asyalin pertama kali menggunakan sistem uang. Masyarakat di sana pun sudah merasa nyaman dengan sistem tersebut. Raja dan Ratu sangat menghargai upaya Putri Asya yang telah memajukan perekomonian kerajaannya itu, dimana saat itu inflasi dan deflasi hampir belum pernah terdengar.
“Aku sangat senang karena sistem uang telah memudahkan rakyat kita dalam banyak hal,” tutur Raja Aldi kepada Ratu Ei. “Benar, anak kita memang sangat mengagumkan,” jawab sang Ratu.
Akan tetapi, suatu ketika di tempat terpisah, sang putri dikejutkan dengan sebuah berita dari salah satu asistennya.
“Tuan Putri..!! Tuan Putri..!!” panggil sang asisten.
“Ada apa, Mika? Kau nampak tergesa-gesa memanggilku,” tanya sang putri.
Rupanya, sang asisten telah mendapati kondisi yang tidak biasa di pasar, yaitu harga-harga barang yang naik cukup signifikan. Ia mendapati bahwa harga cabai telah melonjak tiga kali lipat dari biasanya. Sementara harga bawang dan beras naik dua kali lipat.
Hal ini tentu mempengaruhi harga-harga lainnya untuk ikut terkerek naik. Tanpa banyak bertanya, Putri Asya memutuskan untuk memastikannya secara langsung dengan mengunjungi salah satu pasar terbesar di wilayah kerajaannya.
Sesampainya di pasar, ia langsung mengunjungi kedai penjual cabai dan bertanya, “Assalamualaikum, aku mau beli cabai 1 kilogram, ya bu.” “Waalaikumussalam. Baik, totalnya menjadi 75 asyali,” jawab ibu penjual cabai, melayani.
Putri Asya, dengan penyamarannya yang nyaris sempurna, sangat terkejut mendengar harga tersebut. Ia tahu bahwa biasanya cabai di situ dihargai 25 asyali (mata uang Kerajaan Asyalin) per kilogramnya. Ia kemudian bertanya kepada si ibu penjual cabai, “Mengapa cabainya jadi semahal itu, bu? Padahal biasanya hanya 25 asyali.”
Ibu itu pun menjawab, “Iya, nak. Aku juga sangat kaget mendapatkan harga yang naik dari pengepul cabai di sana.”
Setelah bercakap-cakap cukup lama, Putri Asya menduga ada yang salah di salah satu desa penghasil produk-produk pertanian terbesar. Ia pun mengutus salah satu penasihatnya untuk mencari tahu ke sana.
Tanpa perlu waktu lama, sang penasihat berhasil menggali informasi dan melaporkan kepada Putri Asya bahwa telah terjadi gagal panen untuk beberapa lahan pertanian dikarenakan serangan hama. Hal itu membuat pasokan cabai, bawang, dan beras menjadi sangat terbatas.
Putri Asya teringat hukum pasar yang dikatakan bapak tua ekonom misterius yang pernah ia temui waktu itu. Ketika permintaan barang tidak dibarengi dengan ketersediaan pasokannya, harganya akan naik. Sebaliknya, ketika permintaan barang tak sebanyak ketersediaan pasokannya, harganya akan turun.
Putri Asya tahu untuk mengatasi masalah ini ia harus mulai dari hulunya, yaitu ladang perkebunan dan pertanian yang terserang hama. Artinya Pemerintah Kerajaan Asyalin harus membantu para petani membersihkan ladangnya itu dari hama.
Namun, tentu solusi tersebut akan memakan waktu sampai masalah kenaikan harga-harga itu terselesaikan. Putri Asya perlu memikirkan cara lain untuk jangka pendeknya, dan yang terpikirkan olehnya saat itu adalah dengan melepaskan persediaan cabai, bawang, dan beras dari gudang kerajaan.
Hingga kini Kerajaan Asyalin masih menerapkan sistem pajak berupa hasil pertanian kepada rakyatnya, sehingga persediaan di gudang kerajaan pun penuh dengan sayur-sayuran dan buah-buahan. Akan tetapi, cara tersebut di luar kewenangan sang putri dan harus menpadatkan restu dari sang raja.
Maka dengan sigap Putri Asya pun menghampiri ayahnya, dan melaporkan apa yang terjadi dengan terperinci. Ia pun meminta restu sang ayah untuk menggunakan persediaan hasil pertanian dari gudang kerajaan. Raja Aldi memahaminya dan mengizinkannya.
Setelah mendapatkan izin dari ayahnya, Putri Asya memerintahkan asistennya di bidang perdagangan untuk melepaskan cabai, bawang, dan beras ke pasar-pasar di wilayah kerajaannya dalam jumlah yang sangat besar. Sang putri ingin mengembalikan keadaan dengan menjual semua itu di harga yang sama seperti saat harga-harga belum mengalami kenaikan.
Ini adalah operasi pasar pertama yang dilakukan di Kerajaan Asyalin. Operasi ini sangat berguna menstabilkan harga-harga barang di pasar, namun tetap terbatas pada jumlah yang dimiliki pemerintah di gudangnya. Sehingga, pemerintah kerajaan tetap harus membenahi sektor hulunya, yaitu ladang.
Putri Asya merasa bertanggungjawab atas segala hal yang dapat berdampak buruk terhadap perekonomian rakyatnya, sehingga ia terus memantau perkembangannya.
Usai operasi pasar, ia melihat harga cabai, bawang merah, dan beras sudah stabil, dan masyarakat lega bisa membeli barang-barang tersebut dengan harga terjangkau.
Namun Putri Asya tidak puas hanya dengan menstabilkan harga barang-barang tersebut. Dia ingin memastikan ekonomi kerajaan tetap stabil dan kuat dalam jangka panjang. Jadi dia memutuskan untuk belajar lebih banyak tentang kondisi tersebut.
Putri Asya mengunjungi ekonom tua misterius yang pernah dia temui sebelumnya. Kali ini, ia meminta bapak tua itu untuk menjelaskan kepadanya tentang fenomena yang ia alami tersebut dengan cara yang mudah dipahami dan menarik.
Si bapak tua kemudian menjelaskan tentang inflasi dan deflasi. Itu adalah dua fenomena ekonomi yang berkaitan erat dengan penawaran dan permintaan barang di pasar. Inflasi terjadi ketika terlalu banyak uang beredar dan tidak cukup barang untuk dibeli. Artinya, orang memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan, tetapi persediaan barang terbatas, yang membuat harga naik.
Di sisi lain, deflasi terjadi ketika tidak ada cukup uang yang beredar dan terlalu banyak barang yang tersedia. Dalam situasi ini, orang memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan, dan penawaran barang melebihi permintaan, yang membuat harga turun.
Putri Asya terpesona dengan penjelasan ini. Dia menyadari bahwa dengan melepaskan stok cabai, bawang merah, dan beras dari gudang kerajaan, dia berusaha mengurangi dampak inflasi dengan meningkatkan pasokan barang dan membuatnya lebih terjangkau.
Bapak tua itu melanjutkan, “Untuk menjaga stabilitas ekonomi kerajaan, penting untuk menjaga keseimbangan antara uang yang beredar dan persediaan barang. Jika jumlah uang beredar terlalu besar relatif terhadap barang yang tersedia, itu menyebabkan inflasi, dan jika terlalu kecil, itu menyebabkan deflasi.”
Akan tetapi sang putri masih penasaran, “Tapi pak, ini terjadi bukan karena kerajaanku mencetak terlalu banyak uang, melainkan karena pasokan barang-barang tersebut berkurang dari biasanya dikarenakan serangan hama.”
Bapak tua itu tersenyum, lalu menjawab, “Betul nak. Penyebabnya memang itu. Namun, semua itu akan berujung pada keseimbangan antara uang yang beredar dan persediaan barang, jika kau menyadarinya. Definisi inflasi dan deflasi memang demikian nak, terlepas dari apa sebab sebenarnya.”
Putri Asya terlihat masih sedikit kebingungan sehingga si bapak tua itu melanjutkan, “Begini nak, biar aku perjelas. Ketika kau menjual kebutuhan pokok, orang-orang sudah pasti akan menjadi pelanggan setiamu seterusnya. Apa yang mengganggu pasokan bahan pokokmu itu, tidak mengurangi kebutuhan mereka kan?”
“He em!” Putri Asya menanggapi sambil mengangguk, tanda ia mengerti.
“Artinya, apapun yang terjadi, orang-orang tetap membutuhkannya, dan itu juga berarti uang beredar yang siap untuk dibelanjakan tidak berkurang sama sekali,” si bapak tua melanjutkan. “Penjual sepertimu tentu tetap menginginkan marjin keuntungan seperti biasanya sehingga kalian, para penjual, harus menaikkan harga. Inilah inflasi.”
“Sementara untuk memahami deflasi, kau hanya perlu membalik situasinya dimana pasokan barang yang tersedia terlampau banyak dibanding permintaannya atau tidak ada uang beredar yang cukup untuk membelinya sehingga harga-harga akan turun. Kalian harus menurunkannya untuk menutupi kerugian kalian,” tambah si bapak tua.
Mata Putri Asya terbelalak, seakan kagum dengan penjelasan si bapak tua itu. Ia pun berterima kasih kepada bapak tua itu atas penjelasannya dan berjanji akan mengingat pengetahuan ini sambil terus memantau situasi di pasar. Dia menyadari bahwa perannya sebagai seorang putri tidak hanya untuk membuat kerajaannya makmur, tetapi juga untuk membantu menjaga stabilitas ekonomi agar rakyat dapat hidup dengan nyaman.
Sejak hari itu, Putri Asya terus bekerja keras untuk memastikan ekonomi kerajaan tetap kuat dan stabil. Dia juga berbagi pengetahuannya tentang inflasi dan deflasi dengan para asisten dan anggota keluarga kerajaan lainnya, sehingga mereka dapat lebih memahami pentingnya menjaga keseimbangan pasokan uang dan pasokan barang.
Maka, rakyat Kerajaan Asyalin hidup damai dan sejahtera, berkat usaha Putri Asya untuk memajukan perekonomian mereka. (Bersambung)
Artikel ini merupakan bagian dari Serial Dongeng Ekonomika yang dibuat secara khusus pada blog ini. | Baca juga tulisan sebelumnya [Sistem Dagang dan Hukum Pasar: Dongeng Ekonomika (2) dan tulisan selanjutnya [Kebijakan Fiskal dan Moneter: Dongeng Ekonomika (4)]