Home » Catatan Keuangan: Antara Berhitung dan Bersyukur
Catatan keuangan sebagai refleksi untuk berhitung dan bersyukur

Hampir genap sepuluh tahun catatan keuangan mengiringi hidupku lewat aplikasi di smartphone-ku. Sebagai seorang akuntan, aku bisa katakan itu sangat menyenangkan. Catatan itu tak ayalnya sebuah diary kehidupan, tapi yang ditulis bukanlah perasaan, melainkan transaksi keuangan.

Tanggal sekian, belanja sekian. Tanggal sekian, transfer sekian. Tanggal sekian, saldo tinggal sekian. Seru banget pokoknya!

Tapi belakangan aku sering bertanya-tanya dalam hati—pertanyaan yang cukup mengganggu untuk aku abaikan: “Untuk apa semua ini aku lakukan?”

Apakah dengan mencatat setiap pengeluaran, aku jadi lebih hemat? Tidak juga.

Apakah aku jadi tahu ke mana larinya uangku? Mungkin, tapi tetap saja rasanya cepat habis.

Apakah aku jadi merasa lebih tenang? Justru tidak jarang aku malah tambah cemas.

Aku baru sadar, ternyata selama ini aku mencatat dengan semangat mengontrol, bukan memahami. Aku mencatat karena ingin tahu mana pengeluaran yang harus ditekan, bukan karena ingin lebih mengenali diri. Dan mungkin, di titik itulah aku tersesat dalam angka-angka.

Bukan maksudku mengatakan semangat mengontrol dan memeriksa pengeluaran itu salah. Tidak sama sekali. Hanya, semua itu perlu lebih dimaknai.

Karena sejatinya, catatan keuangan itu seperti kaca spion—ia membantu kita melihat ke belakang, tapi tidak bisa mengubah apa yang sudah kita transaksikan. Yang bisa kita ubah hanyalah bagaimana kita memaknai dan mengambil sikap dari apa yang kita lihat.

Lebih jauh, aku juga sadar bahwa:

Catatan Keuangan Bukanlah Catatan Kebijaksanaan
Catatan keuanganku selalu punya kolom pemasukan dan pengeluaran. Tapi tidak pernah ada kolom deskripsi “rasa cukup” atau “kebahagiaan”. Tidak pernah ada kolom yang berisikan:

  • “Hari ini makan sederhana tapi nikmat.”
  • “Tadi malam tidur nyenyak meski saldo cekak.”

Padahal, bisa jadi itu adalah bagian paling bernilai dari hari itu.

Aku mulai sadar, bahwa pencatatan keuangan bukan hanya perkara berhitung, tapi juga perkara bersyukur. Sayangnya, aku terlalu sering fokus pada yang pertama, dan melupakan yang kedua.

Tidak Semua yang Bernilai Dicerminkan dengan Angka
Jumlah pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan, itu namanya defisit. Aku pun tak jarang mengalaminya, bukan cuma negara.

Bagi aplikasi catatan keuanganku, itu berarti alarm. Tapi bagiku, kadang itu adalah hasil dari keputusan sadarku—mengutamakan kebutuhan keluarga, membantu orang tua, atau sekadar memberi sedikit untuk para duafa.

Apakah itu sebuah kegagalan dalam mengelola uang?

Mungkin iya, kalau hanya dilihat dari sisi saldo. Tapi bisa juga tidak, kalau dilihat dengan kaca mata jernih: nilai, bukan hanya angka.

Tidak Boleh Hanya Menutup Buku, tapi Juga Harus Membuka Hati
Aku tidak sedang mendemotivasi siapapun untuk mencatat. Justru sebaliknya, aku masih sangat percaya mencatat keuangan adalah salah satu bentuk tanggung jawab; mencatat keuangan adalah cermin amanah diri.

Aku hanya baru menyadari bahwa catatan keuangan terbaik bukan hanya soal berhitung uang keluar-masuk, melainkan juga bersyukur karena telah melewati hari demi hari.

Ketika aku menutup lembar keuanganku, harusnya aku juga membuka lembar baru di hatiku. Di sana harusnya aku tulis:

  • “Alhamdulillah, masih bisa bertahan.”
  • “Terima kasih, ya Rabb, untuk nikmat-Mu hari ini.”
  • “Walau defisit, yang penting aku tidak sakit.”

Rasa-rasanya, itu juga bagian dari kesejahteraan.

Inti dari semua ini adalah aku hanya ingin kembali mengajak para pembaca untuk mulai mencatat keuangannya. Jika sebelumnya aku hanya mengajak dengan rasionalitas, sekarang aku ingin juga menekankan moralitas.

Jadi, aku tidak mengubah sikap soal catatan keuangan. Aku hanya lebih mendalam.

Ini memang refleksiku pribadi, tapi aku ingin pembacaku bisa menyikapi yang sama: catatan keuangan bukan cuma sebagai alat berhitung, tapi juga alat bersyukur.

Apa penilaian Anda tentang artikel ini?
+1
0
+1
0

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.