Home » Investasi Emas Sangat Tidak Cocok untuk yang Berpikiran Pendek
Investasi emas tidak cocok dengan yang berpikiran pendek karena beberapa alasan.
Ilustrasi investasi emas jangka pendek melalui simbol jam.

Investasi emas masih menjadi pilihan banyak orang dalam mengamankan kekayaan mereka dari ancaman gerusan inflasi. Statusnya sebagai safe haven hingga kini dan nanti tidak akan pernah pudar. Meskipun begitu, aset ini tidak akan bisa memenuhi harapan mereka yang berpikiran pendek.

Saat membahas investasi, kita biasanya mengacu pada jangka waktu yang panjang, umumnya satu tahun atau lebih. Ini adalah konsep umum dalam menentukan pendek/panjangnya suatu jangka waktu. Dengan pemahaman ini, sudah jelas bahwa investasi, khususnya emas, tidak ditujukan untuk mereka yang berpikiran pendek.

Selain itu, investasi emas dianggap tidak cocok untuk mereka yang berpikiran pendek karena berbagai faktor, termasuk volatilitas dan likuiditas. Namun sebelum membahas faktor-faktor ini, mari kita samakan dulu pemahaman kita mengenai apa yang dimaksud dengan “berpikiran pendek” dalam konteks ini.

Umumnya, berpikiran pendek dalam berinvestasi diartikan sebagai fokus pada keuntungan yang cepat dan dalam waktu yang singkat, yang kurang dari satu tahun. Mereka yang memakai pendekatan ini biasanya tidak bersedia menanggung risiko atau fluktuasi pasar yang signifikan, dan mereka ini tidak bisa dikategorikan sebagai investor.

Dalam konteks investasi emas, pola pikir jangka pendek menjadi masalah dikarenakan volatilitas emas yang inheren. Harga emas dapat berfluktuasi secara signifikan dalam waktu singkat, sehingga menjadikannya aset berisiko bagi mereka yang mencari imbal hasil cepat.

Sebagai contoh, pada tahun 2013, harga emas mengalami penurunan tajam sekitar 28% hanya dalam waktu enam bulan. Lalu, dalam satu hari, tepatnya pada 16 Maret 2020, harga emas turun sebanyak 5% sebelum rebound. Kemudian, antara Maret dan Agustus 2020, selama masa pandemi COVID-19, harga emas mengalami kenaikan sekitar 33%.

Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa harga emas dapat berfluktuasi secara signifikan dalam waktu yang relatif singkat, sehingga menimbulkan risiko bagi mereka yang berpikiran pendek dan mencari imbal hasil yang cepat dan singkat. Statistika pun mendukung argumen ini.

Menurut sebuah studi oleh World Gold Council, emas memiliki kinerja yang lebih baik dari inflasi di AS selama 50 tahun terakhir, dengan imbal hasil tahunan rata-rata 15% dibandingkan dengan tingkat inflasi tahunan rata-rata 3,8%. Statistik lain dari J.P. Morgan mengatakan, meskipun menunjukkan volatilitas yang signifikan dari tahun 2011 hingga 2015, logam ini secara historis memberikan imbal hasil sekitar 8% per tahun selama 20 tahun terakhir.

Apabila 20 tahun terasa terlalu lama, kita bisa menganalisisnya sendiri dengan jangka waktu yang lebih singkat, katakanlah 10 tahun, dan bandingkan dengan rata-rata inflasinya. Silakan ambil contoh harga penutupan emas selama 10 tahun terakhir sejak 2014 hingga 2023, maka kita akan mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda, yaitu rata-rata kenaikan harga sekitar 8% per tahun.

Statistik-statistik ini menunjukkan bahwa investasi emas berpotensi mengalahkan inflasi, tetapi biasanya membutuhkan jangka waktu investasi yang panjang, yang mungkin tidak sesuai dengan tujuan para pemikir jangka pendek.

Faktor kedua yang membuat investasi emas tidak cocok bagi yang berpikiran pendek adalah likuiditas. Likuiditas mengacu pada seberapa mudah sebuah aset dapat dibeli atau dijual tanpa mempengaruhi harga pasarnya.

Investasi emas dianggap kurang likuid jika dibandingkan aset lain, seperti saham atau obligasi. Dengan kata lain, lebih sulit menjual emas dengan cepat atau pada harga yang diinginkan, terutama saat pasar melemah.

Ini membuat akses cepat kepada pendanaan menjadi tidak mudah. Pemain jangka pendek mungkin memerlukan akses cepat itu untuk berbagai alasan, seperti merespons pengeluaran tak terduga atau membayar biaya penyimpanan, dan emas memerlukan waktu untuk bisa dijual dengan harga yang wajar.

Kurang likuidnya emas juga bisa dipengaruhi oleh adanya selisih harga jual dan beli (bid-ask spread). Siapapun yang pernah bertransaksi emas pasti tahu bahwa terdapat selisih antara harga saat kita membeli (bid) dan menjualnya (ask).

Terkecuali perbedaan harganya sangat signifikan, memperjual-belikan emas dalam waktu singkat menyebabkan imbal hasilnya berkurang karena adanya spread ini (saya akan bahas ini lebih dalam di artikel khusus nanti). Itulah mengapa investasi emas tidak akan pernah cocok bagi mereka yang berpikiran pendek.

Jadi, jika Anda ingin mulai mengakumulasi emas, dalam bentuk fisik khususnya, pastikanlah bahwa Anda bermental investor, bukan spekulator. Dua faktor di atas sudah sangat jelas memberitahu kita bahwa pola pikir pendek tidak cocok untuk aset ini.

Sedikit tips dari saya, pelajarilah analisis teknikal agar Anda bisa membeli emas di harga yang pas. Jika pun tidak, belilah emas kapanpun sesuai yang Anda inginkan dan segera lupakan. Biarkan emas Anda bekerja dalam hitungan tahun agar bisa memberikan hasil yang memuaskan.

Disclaimer on!

Apa penilaian Anda tentang artikel ini?
+1
0
+1
0

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.