
Ada yang menarik di grup WhatsApp (WA) saya kemarin. Itu adalah grup para pemuda hebat bentukan pengurus RT/RW di lingkungan saya. Singkatnya, mereka membuat semacam buku besar atas dana yang sedang mereka kelola, dan salah satu pemuda secara terbuka mencoba mengoreksi buku besar tersebut.
“Bang, ini harusnya debit itu uang keluar, kredit itu uang masuk.”
-Sang pemuda
Pemuda yang lainnya menjawab bahwa posisi debit/kredit itu sama saja, yang penting adalah operasi matematikanya di kolom saldo.
Saya sangat menghormati para pemuda ini (mereka adalah orang-orang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan tempat mereka tinggal) dan saya berterima kasih atas adanya obrolan di atas. Tanpanya, saya tak akan punya ide untuk ditulis di sini.
Saya memang tidak mengenal betul pemuda dalam kutipan di atas. Tapi saya yakin, beliau bukanlah seorang akuntan.
Saya juga yakin kalau ada pemuda yang berprofesi sebagai akuntan selain saya di grup itu, dia akan tersenyum membaca ucapan pemuda tersebut. Sebab, ucapannya itu tidaklah tepat jika ditinjau dari sudut pandang akuntansi umum.
Saya sudah pernah membahas tentang ini secara lebih komprehensif sebetulnya (Anda bisa membacanya di sini). Namun obrolan di atas benar-benar menantang saya untuk bisa membahasnya kembali secara poin per poin.
Pertama, dana kelolaan pengurus RT/RW itu, dalam akuntansi, dicatat sebagai akun Kas, tak ayalnya dana yang dikelola oleh sebuah entitas bisnis. Sehingga, kedua, aturan main buku besar(ledger)-nya tentu harus mengikuti sifat dasar tipe dari akun Kas.
Mengingat Kas itu termasuk dalam tipe akun aset, ia memiliki sifat saldo normal di sisi debit. Artinya, akun ini akan bertambah nilainya ketika terjadi pendebitan dan berkurang ketika terjadi pengkreditan.
Sederhananya, memang, penambahan Kas harus dicatat di sisi debit dan pengurangannya dicatat di sisi kredit.
Akan tetapi, yang perlu dipahami selanjutnya, pendebitan tidak selalu berarti menambah dan pengkreditan tidak selalu berarti mengurangi. Inilah yang sering disalahpahami oleh orang-orang non akuntan.
Banyak dari mereka yang terjebak dengan pola pikir debit itu pasti penambahan dan kredit itu pasti pengurangan. Padahal tidak seperti itu.
Ingat, jika tadi ada tipe akun yang bersifat saldo normal debit, maka ada juga tipe akun yang bersifat saldo normal kredit. Artinya, akun ini akan bertambah nilainya ketika terjadi pengkreditan dan berkurang ketika terjadi pendebitan.
Contohnya akun Utang. Ketika utang suatu entitas bertambah, akun Utang tersebut akan dicatat di sisi kredit, dan ketika utangnya berkurang (dilakukan pembayaran misalnya), maka akun Utang akan dicatat di sisi debit.
Terbalik ya?
Memang seperti itu konsep akuntansinya.
Memahami konsep ini akan lebih mudah jika Anda memahami persamaan dasar akuntansi, yang tak lain adalah Aset = Utang + Modal. Jadikan simbol “=” sebagai pemisah, maka Anda akan paham bahwa Aset berada di sisi kiri dan Utang serta Modal ada di sisi kanan.
Dari situ, Anda tinggal ingat-ingat saja terus bahwa sisi kiri (normalnya) bertambah di debit dan sisi kanan (normalnya) bertambah di kredit. Itulah kenapa ada istilah “saldo normal”.
Kalau begitu, kenapa kita lihat di rekening bank uang masuk dicatat sebagai kredit dan uang keluar sebagai debit? Anda pasti bertanya begitu kan?!
Saya sangat yakin ini yang menjadi dasar pemikiran si pemuda pada kutipan di atas.
Saya dapat katakan bahwa tidak ada yang salah dengan cara bank mencatat uang kita. Hanya saja banyak dari masyarakat kita yang tidak teredukasi soal ini.
Ini hanyalah masalah perlakuan akuntansinya. Sudut pandang terhadap uang masuk menjadi sangat beragam ketika konteksnya adalah entitas perbankan.
Uang masuk pada entitas perbankan mayoritas berasal dari simpanan nasabah. Simpanan ini bukanlah milik si bank sehingga tidak akan mereka catat sebagai aset/kas, melainkan utang.
Ya! Simpanan kita di bank itu hanyalah uang yang kita titipkan di bank, dan itu adalah utang si bank kepada kita.
Dari situ Anda paham mengapa uang masuk di rekening kita dicatat sebagai kredit, bukannya debit–karena itu adalah utang bagi si bank dan saldo normal utang adalah kredit. Itu (debit/kredit di rekening kita) adalah catatan versi si bank. Itulah akuntansi perbankan.
Sekarang terang sudah mengapa pemuda di atas bisa berkata seperti itu, kan?
Ini membuktikan bahwa pemahaman akuntansi bukan hanya penting bagi para akuntan saja, tapi juga bagi masyarakat pada umumnya dan pengurus RT/RW beserta organisasi sayapnya pada khususnya.
Sederhananya, siapa pun yang berkepentingan dengan pelaporan keuangan, wajib memahami akuntansi. Paling tidak, agar Anda tidak bingung saat membaca mutasi rekening bank Anda sendiri.
Untuk lebih rincinya, silakan baca tulisan saya “Apa itu Akuntansi dan Apa Pentingnya?“
Dari sini kita belajar bahwa ketidakpahaman tentang akuntansi bisa membuka ruang untuk perdebatan, yang bukan tidak mungkin berujung pada rusaknya kerukunan warga, yang justru akan menjadi pekerjaan rumah baru bagi para pengurus RT/RW.
Untungnya obrolan di grup WA saya itu tidak sampai menimbulkan perdebatan panas sehingga semua tetap rukun nan akur.
Jadi, apakah uang masuk itu seharusnya di debit atau kredit? Jawabannya: tetap debit, kecuali itu bukan milik Anda. Saran saya, kalau Anda mau tidur nyenyak sebagai bendahara RT/RW atau organisasi sayapnya lebih baik minta bantuan akuntan saja.