
Dunia akuntansi ternyata tak melulu harus disikapi dengan kaku. Sebagaimana halnya teka-teki matematika hilangnya uang Rp1.000 yang pernah saya bahas, akuntansi juga memiliki teka-tekinya tersendiri, yaitu misteri uang $100 yang dicuri dari mesin kasir sebuah toko. Anda sudah pernah mendengarnya?
Kalau belum, jangan khawatir. Saya akan membagikannya di sini. Namun, perlu saya katakan terlebih dahulu, meskipun dilabeli “akuntansi,” teka-teki ini cukup bersifat umum dan bisa diikuti oleh siapapun.
Label tersebut diberikan hanya karena konteksnya terjadi pada entitas bisnis dan menyangkut transaksi-transaksi bisnis. Sehingga, perlu untuk memahaminya dengan alur berpikir menurut perspektif akuntansi.
Meskipun begitu, teka-teki ini tetap bisa diikuti oleh siapapun sekalipun tidak memiliki latar belakang akuntansi.
Teka-tekinya adalah sebagai berikut:
Seseorang mencuri selembar uang $100 dari mesin kasir sebuah toko. Lalu, ia menggunakannya untuk membeli beberapa barang senilai $70 di toko tersebut. Ia pun mendapatkan kembalian sebesar $30 dari toko tersebut. Berapa total kerugian yang dialami toko tersebut dari peristiwa itu?
Jika Anda tertarik, silakan jawab berapa yang menurut Anda benar. Supaya lebih menarik, pastikan Anda tidak menggeser layar Anda lebih jauh sebelum Anda selesai.
Baiklah, sebelum kita sampai pada jawaban yang benar, ada beberapa jawaban yang banyak dipilih oleh orang-orang: a) $200, b) $130, c) $100, dan d) $30. Apakah salah satunya adalah jawaban Anda?
Jika bukan, mohon beritahu saya di kolom komentar karena saya sangat tertarik untuk membahasnya dengan Anda. Sekarang mari kita bahas jawaban-jawaban tadi dengan dasar pemikirannya.
Mereka yang menjawab $200 umumnya melihat dari total arus nilai yang keluar dari brankas si toko, yaitu: 1) kas keluar dari uang yang dicuri sebesar $100, 2) barang yang keluar senilai $70, dan 3) kas keluar untuk kembalian sebesar $30. Sehingga totalnya adalah $200.
Apakah ini jawaban yang tepat? Bukan! Mari kita lihat jawaban selanjutnya, yaitu $130.
Mereka yang menjawab demikian menggunakan total arus kas keluar sebagai dasar argumennya, yaitu: kas keluar dari uang yang dicuri sebesar $100 dan kas keluar dari kembalian yang diberikan sebesar $30. Sementara, barang senilai $70 tidak mereka perhitungkan karena telah ditukar dalam bentuk uang masuk.
Apakah ini jawaban yang tepat? Sayangnya bukan juga.
Jadi sekarang kita hanya memiliki dua jawaban yang tersisa. Dari jawaban-jawaban yang ada, $30 adalah jawaban terkecil dengan dasar pemikiran yang paling sederhana: uang $100 yang dicuri secara teknis telah dikembalikan ke mesin kasir dan si toko kembali memberikan $30 sebagai kembalian. Inilah dasar argumennya.
Lantas apakah ini jawaban yang tepat? Sama sekali bukan.
Maka, tersisa satu jawaban, yaitu $100. Jika ini adalah jawaban yang Anda pilih, selamat! Anda benar! Namun, seberapa tepat itu perlu juga ditinjau dari cara Anda berpikir.
Jika Anda menjawab $100 dikarenakan adanya mekanisme perimbangan (offset) dari nilai yang keluar dan nilai yang masuk, saya kira ini kurang tepat. Kita mestinya cukup berfokus pada uang yang dicuri itu tanpa perlu mengaitkannya dengan barang yang dibeli.
Ya, cukup fokus pada apa yang dicuri, bukan apa yang kemudian dibeli.
Pertama, apa yang si pencuri itu beli, ia membelinya dengan uang miliknya, terlepas darimana uang itu berasal. Ini adalah transaksi bisnis yang sah, dan dari perspektif akuntansi tidak bisa dikaitkan dengan peristiwa sebelumnya.
Ketika pencurian itu terjadi, si toko akan menjurnalnya tanpa mengaitkannya pada peristiwa setelahnya. Si toko akan menjurnal sebagai berikut:
Tanggal | Akun | Debet | Kredit |
24 Januari 20X3 | Kerugian Kehilangan | $100 | |
Kas | $100 |
Setelah itu, kedua, apa yang terjadi setelahnya adalah peristiwa ekonomi yang berbeda. Kita bisa mengakui bahwa uang $100 itu sudah hilang, namun tidak bisa mencampuradukkan jurnal di atas dengan peristiwa-peristiwa setelahnya. Mengapa? Karena itu adalah peristiwa yang berbeda. Sesederhana itu jawabannya.
Standar akuntansi keuangan internasional maupun lokal mendefinisikan suatu peristiwa sebagai kejadian atau keadaan spesifik yang terjadi dan memengaruhi kinerja atau posisi keuangan suatu perusahaan. Peristiwa ini akan masuk ke dalam catatan kronologis para akuntan, yang disebut jurnal. Ini merupakan tahap awal dalam siklus akuntansi (selengkapnya terkait ini, Anda bisa baca di sini).
Kata “spesifik” dan kronologis” di atas menjadi kunci untuk tidak mencampuradukkan peristiwa hilangnya uang $100 dengan pembelian barang setelahnya. Keduanya sama-sama spesifik dan memiliki konteks yang berbeda sehingga tidak tepat jika kita mengaitkan keduanya.
Sebagaimana contoh jurnal di atas, setiap jurnal dibuat berdasarkan konteksnya masing-masing dengan memperhatikan tigal hal: (1) tanggal transaksi, (2) akun perkiraan dan saldo pada sisi debet dan kredit, dan (3) penjelasan singkat transaksi. Konsep ini membuat penjurnalan menjadi rapi dan mudah dipahami.
Bercampurnya jurnal yang berbeda konteks hanya akan membuat pembacanya bingung, dan ini tidak efektif untuk mengevaluasi peristiwa ekonomi di belakangnya.
Lalu, bagaimana dengan peristiwa pembelian barang senilai $70 itu? Tentu itu pun akan masuk ke dalam jurnal transaksi si toko. Namun ini di luar bahasan kita kali ini. Yang jelas, ini tidak ada kaitannya dengan peristiwa dicurinya uang $100 dari mesin kasir si toko.
Dengan demikian kita sampai pada kesimpulan bahwa kerugian yang dialami si toko adalah $100, senilai uang yang dicuri, bukan $200, $130, $30, ataupun jawaban lainnya yang mungkin terlintas di benak Anda. Dari sini kita juga tahu bahwa betapa bergunanya berpikir dengan kerangka perspektif akuntansi dalam menyelesaikan teka-teki ini.
Jadi benar kan, akuntansi itu tidak melulu kaku dan malah menyenangkan? Nah, jika Anda menjadi tertarik mempelajari akuntansi, Anda bisa baca serial akuntansi yang sudah saya siapkan di blog ini (klik saja di sini).
Ngomong-ngomong, berapa jawaban versi Anda? Sebutkan di kolom komentar ya!