Dalam sebuah episode, Doraemon pernah memarahi Nobita yang sedang bermalas-malasan. Ia tidak tahu betapa banyak uang yang terbuang ketika ia sedang bermalas-malasan. Doraemon pun mengingatkannya dengan alat ajaibnya bahwa waktu adalah uang, dalam arti yang sebenarnya.
Cerita di atas menjadi perpaduan yang sangat menarik karena menggambarkan ungkapan yang sangat terkenal dengan tokoh kartun yang juga sangat terkenal. Ini menjadi bukti bahwa ungkapan “waktu adalah uang” tidak hanya terkenal di Indonesia, namun juga seluruh dunia.
Ungkapan ini jelas bukan ungkapan yang metaforis, kok. Kita benar-benar dapat menguangkan waktu dengan mengelaborasi berbagai aspek, termasuk konsep biaya peluang (opportunity cost), manajemen waktu yang efisien (efficient time management), dan nilai waktu uang (time value of money).
Biaya peluang berbicara tentang potensi manfaat yang hilang ketika memilih satu alternatif dibandingkan alternatif lainnya. Dalam konteks ini, konsep ini menekankan bahwa waktu yang dihabiskan untuk satu aktivitas harus dibayar dengan tidak melakukan aktivitas lain yang berpotensi menghasilkan manfaat yang lebih besar.
Sebagai contoh, katakanlah Anda memiliki dua opsi berikut untuk berakhir pekan nanti:
- Menghabiskan waktu bersama teman-teman bersantai dan bersenda gurau, yang tidak memerlukan biaya, tetapi akan menghabiskan sebagian besar waktu akhir pekan Anda.
- Mengambil pekerjaan lepas (freelance) yang bayarannya lumayan, namun memerlukan waktu yang sama dengan waktu bersantai dengan teman-teman.
Dengan memahami konsep biaya peluang, Anda akan menyadari bahwa memilih opsi 1 (piknik) berarti Anda harus mengorbankan potensi penghasilan dari opsi 2 (pekerjaan lepas). Dalam hal ini, memahami bahwa waktu adalah uang, dalam arti sebenarnya, akan mendorong Anda untuk mempertimbangkan aspek keuangan dan menimbangnya dengan kenikmatan pribadi dari bersantai tersebut sebelum mengambil keputusan.
Selanjutnya adalah konsep manajemen waktu yang efisien. Konsep ini tentu sering kita gunakan dan, sadar atau tidak, ini mengafirmasi bahwa “waktu adalah uang” adalah sebuah denotasi.
Konsep ini mendorong kita untuk fokus pada tugas-tugas bernilai tinggi yang berkontribusi secara signifikan terhadap tujuan kita, berhenti membuang-buang waktu yang berarti menghilangkan potensi penghasilan, dan mendelegasikan tugas kepada orang lain yang dapat membantu kita mencapai tujuan kita.
Seperti itulah konsep manajemen waktu yang efisien bekerja. Konsep ini dapat memaksimalkan nilai waktu kita dan pada akhirnya mengafirmasi bahwa waktu benar-benar adalah uang.
Elaborasi terbaik untuk menjelaskan ungkapan “waktu adalah uang” adalah melalui konsep nilai waktu uang. Konsep ini mengkuantifisir nilai uang yang kita miliki dengan faktor waktu yang belum kita miliki.
Intinya adalah uang saat ini belum tentu sama nilainya dengan uang di masa depan. Apa yang bisa kita dapatkan dengan uang Rp100.000 saat ini, belum tentu bisa kita dapatkan dengan nominal uang yang sama di masa depan (baca: uang saat ini lebih bernilai daripada uang yang sama di masa depan).
Inflasi menyebabkan semua itu terjadi. Ini adalah bagian dari literasi keuangan yang harus kita ketahui. Memahami kondisi ini akan membuat kita lebih bijak menggunakan uang kita.
Maka, merupakah hal yang bijaksana untuk mengamankan uang kita dari jeratan inflasi yang menggerus itu. Cara terbaik adalah dengan menginvestasikannya pada aset yang bisa memberikan imbal hasil di atas besaran inflasi, alih-alih mengendapkannya pada rekening tabungan yang lama kelamaan bisa habis atau pun menggunakannya untuk arisan yang tak berkeadilan finansial.
Semua konsep di atas jelas membuktikan bahwa “waktu adalah uang” bukan saja sekedar ungkapan yang metaforis, melainkan memiliki arti yang sebenarnya. Sebaiknya kita berhenti membuang-buang waktu, karena itu sama dengan membuang-buang uang. Mari jangan seperti Nobita kecil yang senang bermalas-malasan.