Sabtu, 13 April 2024, menandai serangan fisik yang dilancarkan Iran ke wilayah Israel untuk pertama kalinya. Serangan balasan ini memicu kekhawatiran akan ketidakstabilan geopolitik global yang mengarah ke Perang Dunia Ke-3. Naiknya harga BBM pun menjadi konsekuensi logis dari eskalasi ini.
Ketika berbicara eskalasi atau perang yang melibatkan negara eksportir minyak, tentu kita tidak bisa mengesampingkan naiknya harga minyak mentah dunia dari skenario kita. Iran adalah salah satu eksportir minyak dunia, sehingga wajar saja kalau kondisi ini membawakan kekhawatiran akan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Pertarungan yang semakin memanas antara Iran dan Israel dapat menyebabkan gangguan pasokan minyak dari Iran, yang pada gilirannya menimbulkan ketegangan harga di pasar.
Meskipun memprediksi persisnya hasil dari suatu peristiwa geopolitik dan dampaknya terhadap harga minyak sangat kompleks dan tidak pasti, keumuman mengatakan hal itu kemungkinan besar akan terjadi jika situasi berlanjut. Hanya saja, kapan persisnya dan seberapa jauh kenaikan itu akan terjadi tidak akan ada yang tahu.
Ya, tidak akan ada yang tahu karena banyak variabel yang berperan, dan situasinya dapat berkembang secara tak terduga berdasarkan keputusan negara-negara yang terlibat, reaksi para pemain global lainnya, dan berbagai faktor politik dan ekonomi. Bahkan J.P. Morgan hanya bisa berkelakar ketika ditanyai prospek pasar keuangan.
Meski begitu, sekali lagi saya katakan bahwa keumuman membuat efek dari situasi ini lebih mudah dipahami. Skenarionya pun menjadi tidak terlalu rumit untuk kita mengerti, dan kita bisa meringkasnya selangkah demi selangkah.
Pertama, tensi terus meningkat. Konflik antara Iran dan Israel terus meningkat, dengan kedua belah pihak terlibat kontak militer dan saling melakukan pembalasan. Doktrin “An eye for an eye” dalam dunia militer nampaknya akan sulit dihindari, apalagi ini akan mempengaruhi wibawa negara di masa depan, dimana pihak yang gagal membalas akan dianggap sebagai pihak yang kalah.
Kedua, konflik ini akan menyebabkan sanksi yang lebih keras terhadap Iran, mengurangi ekspor minyak Iran dan berkontribusi pada kekurangan pasokan global. Ketiga, investor dan pelaku pasar lainnya menjadi semakin cemas akan potensi konflik regional yang lebih luas dan kemungkinan terganggunya suplai minyak dari Timur Tengah. Sehingga, keempat, mereka mulai membeli kontrak berjangka (futures contracts) minyak sebagai lindung nilai terhadap potensi kekurangan pasokan, yang melambungkan harga minyak.
Kelima, investor akan terdorong untuk mencari perlindungan pada aset-aset safe haven, termasuk komoditas seperti minyak. Ini berbeda dengan skenario keempat, namun sama-sama akan mendorong harga si “emas hitam” semakin tinggi, apalagi kalau kita melihat teknikalnya, baik minyak crude maupun brent, yang sedang menguji support terdekat.
Bahkan, harga si emas asli pun bisa terkerek lebih tinggi dari rekor tertingginya beberapa hari lalu, yang bisa membuat analisis saya tentang harga emas meleset (yang ini intermeso saja, namun jika penasaran, Anda bisa membacanya di sini).
Keenam, naiknya harga minyak dunia sama artinya dengan naiknya harga BBM untuk kendaraan kita. Ini takkan terelakkan mengingat tingginya harga minyak mentah membuat biaya produksi lebih tinggi, sehingga memaksa para operator menaikkan harga BBM mereka.
Ketujuh, anggota-anggota OPEC, yang mendapat berkah dari melambungnya harga minyak dunia, akan bersikap pasif sampai ada tekanan untuk turut serta menstabilkan harga minyak global. Bagaimanapun nikmatnya harga minyak yang tinggi bagi mereka, pernyataan misi mereka untuk menstabilkan harga minyak dunia akan membuat mereka beraksi untuk memenuhi tanggung jawab moral mereka, namun tetap pada saat yang mereka tentukan.
Kesimpulannya, harga minyak dunia diperkirakan akan naik sampai titik tertentu, dengan asumsi tensi tinggi Iran-Israel terus berlanjut. Meskipun Iran telah menyatakan serangan balasannya itu telah berakhir dan mewanti-wanti Israel untuk tidak kembali membalas, Netanyahu adalah orang yang keras kepala. Jika ia memilih opsi pembalasan, maka situasi ini tidak akan berakhir cepat dan harga minyak dunia hampir pasti akan naik.
Saya pribadi berharap situasi buruk itu tidak terjadi dan segala bentuk perang segera berakhir. Namun, semua ini terlalu rumit untuk harapan yang sederhana itu. Bukan bermaksud pesimistis, hanya saja fakta mengatakan Israel sedang menunggu waktu yang tepat untuk melakukan pembalasan.
Meski begitu, harapan tetaplah harapan, serumit apapun situasinya. Mari sama-sama berdoa agar perang segera berakhir dan kita semua bisa hidup tentram tanpa dihantui kantong yang jebol imbas naiknya harga BBM di masa yang akan datang.