Pada bagian pertama artikel ini, saya telah sebutkan bahwa hoaxonomics adalah istilah yang saya buat-buat untuk menggambarkan praktik penggunaan informasi yang salah atau menyesatkan untuk memanipulasi opini dan perilaku publik tentang masalah ekonomi. Ini adalah bentuk propaganda yang mengandalkan white lies, yaitu kebohongan yang dimaksudkan untuk kepentingan tertentu atau menghindari bahaya.
White lies mungkin terlihat tidak berbahaya atau bahkan terlihat mulia, namun sebetulnya dapat menimbulkan konsekuensi yang serius jika digunakan secara tidak proporsional oleh pemerintah atau pihak-pihak yang berkuasa. Apa lagi saat ini kita sedang memasuki tahun-tahun politik, dimana biasanya akan terdapat banyak sekali informasi yang rentan disalahartikan.
Bagaimanapun itu adalah sebuah keniscayaan dalam suatu negara yang demokratis. Namun, tulisan ini sama sekali tidak akan membahas tentang politik praktis, melainkan akan menjelaskan mengapa hoaxonomics tidak etis dan berbahaya, dan bagaimana kita harus menyikapinya.
Mengapa Hoaxonomics Tidak Etis
White lies sering kali dibenarkan dengan alasan demi kebaikan yang lebih besar, seperti keharmonisan sosial, keamanan nasional, atau kesejahteraan masyarakat. Namun, alasan ini cacat karena beberapa alasan.
Pertama, white lies melanggar prinsip penghormatan terhadap manusia, yang menyatakan bahwa kita harus memperlakukan orang lain sebagai sebuah tujuan, bukan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dengan berbohong kepada publik, pemerintah dan aktor lain memperlakukan mereka sebagai objek yang dapat dimanipulasi, bukan sebagai agen rasional yang layak mendapatkan kebenaran dan hak otonominya.
Kedua, white lies merusak kepercayaan dan kredibilitas, yang sangat penting untuk komunikasi dan kerja sama yang efektif. Ketika orang menyadari bahwa mereka telah dibohongi, mereka dapat kehilangan kepercayaan terhadap sumber informasi dan menjadi skeptis terhadap informasi di masa depan. Hal ini dapat mengikis nilai sosial dan merusak hubungan.
Ketiga, white lies dapat menjadi bumerang dan menyebabkan lebih banyak kerugian daripada keuntungan. Misalnya, jika pemerintah berbohong tentang keadaan ekonomi untuk meningkatkan kepercayaan dan belanja konsumen, hal ini dapat menciptakan rasa aman yang salah yang membuat orang tidak mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan atau membuat keputusan yang tepat. Hal ini dapat menyebabkan hasil yang lebih buruk ketika kebenaran terungkap.
Mengapa Hoaxonomics Berbahaya
Hoaxonomics bukan hanya tidak etis tetapi juga berbahaya bagi masyarakat. Hoaxonomics dapat berdampak negatif pada berbagai aspek ekonomi, seperti:
- Efisiensi pasar: Hoaxonomics dapat mendistorsi perilaku dan harga pasar dengan menciptakan permintaan atau penawaran palsu untuk barang atau jasa tertentu. Hal ini dapat menyebabkan misalokasi sumber daya dan inefisiensi dalam produksi dan konsumsi.
- Stabilitas ekonomi: Hoaxonomics dapat menciptakan gelembung dan kehancuran dengan mengembungkan atau mengempiskan ekspektasi dan kepercayaan di antara investor dan konsumen. Hal ini dapat menyebabkan volatilitas dan ketidakstabilan di pasar keuangan dan dalam aktivitas ekonomi.
- Keadilan ekonomi: Hoaxonomics dapat memperburuk ketimpangan dan ketidakadilan dengan mengutamakan kelompok atau kepentingan tertentu daripada yang lain. Misalnya, jika pemerintah berbohong tentang kebijakan fiskal atau defisit anggaran untuk menenangkan kreditur atau pemilih, maka pemerintah justru hanya akan mengalihkan tanggung jawab penyelesaiannya kepada generasi mendatang atau segmen masyarakat yang rentan.
- Pembangunan ekonomi: Hoaxonomics dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dengan menghambat inovasi dan kewirausahaan. Jika masyarakat tidak dapat mempercayai informasi yang mereka terima dari pihak berwenang atau pasar, mereka mungkin enggan mengambil risiko atau berinvestasi dalam peluang baru.
Bagaimana Kita Harus Menyikapinya
Hoaxonomics adalah ancaman serius bagi kesejahteraan ekonomi dan demokrasi kita. Oleh karena itu, kita perlu melawannya dengan:
- Mengedukasi diri kita sendiri: Kita perlu memperhatikan sumber dan motif di balik informasi ekonomi yang kita terima dari berbagai sumber. Kita perlu secara kritis mengevaluasi validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan cara-cara yang berdasarkan fakta.
- Membongkar kebohongan: Kita perlu menentang klaim-klaim yang salah atau menyesatkan yang kita temui dalam wacana publik dengan menggunakan fakta dan logika. Kita perlu menuntut akuntabilitas dan transparansi dari pihak-pihak yang menyebarkannya.
- Mendorong kebenaran: Kita perlu menjunjung tinggi standar kejujuran dan integritas dalam komunikasi dan perilaku kita sendiri, khususnya dalam isu-isu ekonomi. Kita perlu mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Hoaxonomics adalah fenomena berbahaya yang merusak hak dan tanggung jawab ekonomi kita sebagai warga negara. Kita tidak boleh menoleransi hal ini, dan tidak boleh berpartisipasi di dalamnya. Mari lebih cermat dalam menerima informasi.
Budaya kolektivisme yang melekat pada masyarakat kita tidak seharusnya menghalangi kita untuk bersikap kritis terhadap suatu informasi. Jadi, ketika nanti terdengar lagi dari mulut seorang tokoh/pejabat publik bahwa “hoax membangun” itu diperbolehkan, dan tidak ada yang mengkritiknya saat itu, kita tidak semestinya secara serta merta sepakat dengannya.
Mari kita sepakat untuk tidak mudah sepakat dan untuk bisa berpikir kritis. Mari mengupayakan kejujuran, kepercayaan, dan rasa hormat dalam interaksi ekonomi kita, demi kepentingan kita sendiri dan masyarakat.