Home » Freemasonry itu “Overrated” (Edisi Keuangan Global)
Freemasonry itu overrated.
Ilustrasi logo Freemasonry di atas tumpukan uang.

Membahas Freemasonry mungkin akan memberikan nuansa magis pada blog ini. Organisasi ini memang sering dikaitkan dengan banyak hal dan kejadian di dunia. Hanya saja, apa yang membuatnya terkesan magis adalah hal yang agak dilebih-lebihkan menurut saya.

Freemasonry sangatlah terkenal, dan itu cukup untuk mengasumsikan bahwa Anda pun sudah mengetahuinya. Kalaupun tidak, Anda tinggal berselancar di dunia maya untuk mencari tahunya dan berbagai versi cerita tentang organisasi ini pun akan Anda dapatkan.

Dulu, cerita tentang Freemasonry bisa kita temui di forum-forum populer pada masanya, seperti, salah satunya, Kaskus. Seiring berjalannya waktu, YouTube, X (dulu bernama Twitter), dan Instagram menjadi media yang lebih baik dan menarik untuk mempelajari berbagai macam hal, termasuk Freemasonry.

Saya tidak terlalu peduli cerita versi yang mana tentang organisasi ini yang Anda dapatkan. Yang jelas, saya sepakat bahwa mereka adalah sebuah perkumpulan rahasia (meskipun banyak nama anggotanya yang tidak dirahasiakan sama sekali). Selebihnya, hal-hal yang “luar biasa” itu, cenderung hanya sebatas karangan bebas bagi saya.

Kita memang perlu mempelajari Freemasonry sedikit lebih dalam untuk bisa mengerti mengapa frasa “luar biasa” itu digunakan. Ini merujuk pada agenda-agenda hitam dan gerakan-gerakan bawah tanah yang sering dikaitkan dengan organisasi ini oleh para pecinta teori konspirasi.

Ada terlalu banyak teori konspirasi yang berkembang tentang organisasi tua ini, dan satu artikel blog saja tidak akan cukup untuk menjelaskan semuanya. Maka, mari batasi apa yang disebut “hal-hal luar biasa” itu hanya pada konteks ekonomi/keuangan global.

Apabila Anda sudah mengikuti isu ini sejak lama, Anda juga pasti pernah mendengar teori konspirasi keuangan yang akan kita bahas di sini. Di antara teori-teori tersebut, saya mencatat ada empat teori yang menurut saya “sangat luar biasa hebat” yang sering dikaitkan dengan Freemasonry.

Keempat teori ini memang terdengar masuk akal, namun hampir mustahil dilakukan apabila kita bisa berpikir sedikit lebih kritis. Sebagaimana yang pernah saya katakan di artikel saya “7 Kemungkinan yang Tidak Mungkin dalam Ekonomika” bahwa tidak semua yang teoretis itu empiris. Semua inilah yang membuat Freemasonry “overrated” menurut saya.

Empat teori yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Freemasonry Memanipulasi Pasar Keuangan Global dan Mata Uang

Ada beberapa alasan mengapa teori pertama ini sangat sulit, jika bukan mustahil, untuk dilakukan sebuah organisasi tunggal semacam Freemasonry. Kita bisa melihatnya dari beberapa tinjauan.

Pertama, ditinjau dari skala dan kompleksitasnya, pasar keuangan dan mata uang sangatlah kompleks dan luas, dengan banyak sekali pelaku dan faktor yang memengaruhi dinamikanya. Hampir tidak mungkin bagi sebuah organisasi untuk mengontrol atau memanipulasi mereka sampai tingkat yang signifikan.

Lebih spesifiknya, pasar keuangan global melibatkan triliunan dolar dalam transaksi harian di berbagai kelas aset, seperti saham, obligasi, derivatif, dan mata uang. Besarnya volume dan keragaman transaksi ini membuatnya tidak realistis bagi satu organisasi pun untuk mengontrol atau memanipulasinya secara efektif.

Kedua, ditinjau dari regulasi, pasar keuangan dan mata uang tunduk pada peraturan dan pengawasan ketat dari pemerintah dan organisasi internasional, sehingga sulit bagi satu entitas untuk memanipulasinya tanpa terdeteksi atau konsekuensi. Seluruh negara di dunia memiliki mekanisme pengawasan yang ketat terhadap pasar keuangan mereka.

Di AS, pasar keuangan berada di bawah pengawasan Securities and Exchange Commission (SEC). Di Inggris, dilakukan oleh Financial Conduct Authority (FCA). Di Indonesia ada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan masih banyak lagi badan pengawas dari berbagai negara lainnya. Kondisi ini menyulitkan organisasi mana pun untuk memanipulasi pasar tanpa terdeteksi atau menghadapi konsekuensi hukum.

Belum lagi dengan peran bank sentral yang juga vital dalam mengelola nilai tukar mata uang dan menjaga stabilitasnya. Maka, menurut saya, terlalu rumit bagi siapapun untuk mengorganisir agenda yang terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) semacam itu sesuai dengan kehendaknya.

Ketiga, pasar keuangan itu penuh kompetisi. Ada terlalu banyak pemain lain di dunia keuangan, termasuk pemerintah, perusahaan, dan investor, dengan kepentingan mereka masing-masing yang mustahil bagi siapapun untuk mengaturnya. Sehingga mereka jelas akan bergerak sesuai dengan naluri dan kepentingan masing-masing. Inilah yang dimaksud sebagai laissez-faire (let people do as they choose), konsep yang dipopulerkan oleh Adam Smith.

Selain itu, kemajuan teknologi dan algoritma trading yang canggih saat ini membuat semakin sulit bagi satu entitas pun untuk memanipulasi pasar tanpa diketahui.

2. Freemasonry Mengontrol Pasokan Emas Dunia dan Memanipulasi Harga Emas

Teori kedua ini juga rasanya terlalu berlebihan dan bisa dibantah dengan beberapa fakta. Pertama, struktur kepemilikan emas itu beragam. Emas dimiliki oleh berbagai entitas, termasuk bank sentral, investor swasta, pemerintah, dan konsumen perhiasan.

World Gold Council (WGC) memperkirakan bahwa bank-bank sentral memiliki sekitar 17% emas dunia, sementara investor swasta memiliki sekitar 43%, sedangkan sisanya berasal dari konsumsi perhiasan dan berbagai industri. Dengan struktur kepemilikan dan permintaan yang begitu beragam, akan sangat sulit bagi satu organisasi untuk mengendalikan suplai emas global.

Kedua, emas diperdagangkan di bursa global yang relatif likuid dan transparan. Bursa-bursa utama seperti London Bullion Market Association (LBMA) dan Shanghai Gold Exchange (SGE) menyediakan harga dan data transaksi secara real-time. Bursa-bursa ini memungkinkan penentuan harga yang cepat dan efisien, sehingga sulit bagi satu entitas untuk memanipulasi harga emas tanpa terdeteksi atau dilawan oleh pelaku pasar lainnya.

Ketiga, emas ditambang di berbagai negara di seluruh dunia, dan produksinya dipengaruhi oleh faktor geologi, kemajuan teknologi, dan permintaan global. Selain itu, cadangan emas diaudit dan dilaporkan oleh pemerintah dan bank sentral, sehingga sulit bagi satu organisasi untuk menyembunyikan atau mengendalikan cadangan emas yang besar.

3. Freemasonry Memiliki Pengaruh terhadap Sistem Bank Sentral

Teori ketiga ini juga dikatakan berlebihan karena bank-bank sentral di seluruh dunia dirancang untuk independen dari pengaruh eksternal, termasuk tekanan politik atau organisasi. Mandat utama mereka adalah menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi di negara masing-masing, bukan untuk melayani kepentingan organisasi tertentu.

Contohnya, The Federal Reserve (The Fed) di AS beroperasi di bawah Federal Reserve Act, sedangkan European Central Bank (ECB) terikat oleh perjanjian-perjanjian Uni Eropa (EU Treaties). Kerangka kerja hukum ini membantu melindungi bank sentral dari potensi manipulasi oleh organisasi luar.

Bank-bank sentral juga secara teratur menerbitkan laporan, notulensi, dan makalah penelitian yang merinci proses pengambilan keputusan dan analisis ekonomi mereka. Transparansi dan akuntabilitas ini menyulitkan organisasi eksternal mana pun, termasuk Freemasonry, untuk memberikan pengaruh yang signifikan tanpa menarik perhatian atau pengawasan.

Selain itu, keputusan bank sentral mengenai suku bunga, jumlah uang beredar, dan perangkat kebijakan moneter lainnya didasarkan pada data dan analisis ekonomi yang kompleks. Keputusan-keputusan ini membutuhkan keahlian dan pengetahuan yang mendalam, sehingga tidak mungkin sebuah organisasi dapat mengontrol atau memanipulasinya secara efektif.

Adapun diskursus yang mengakatan bahwa The Fed dimiliki oleh swasta adalah kekeliruan menurut saya. Meskipun Federal Reserve System mencakup bank-bank komersial milik swasta sebagai anggota, namun pada akhirnya sistem ini adalah lembaga pemerintah federal dengan Dewan Gubernur yang ditunjuk oleh Presiden dan dikukuhkan oleh Senat.

Keuntungan The Fed juga disetorkan ke Kementerian Keuangan AS, yang semakin menunjukkan sifat publiknya. Sejak tahun 2011 hingga 2021 saja, The Fed telah menyetorkan keuntungan sebesar $920 triliun kepada Kementerian Keuangan AS. Pada akhirnya, ini menegaskan tanggung jawab The Fed kepada pemerintah AS dan publik, bukan kepada organisasi swasta seperti Freemasonry.

Meskipun selama ini saya kritis terhadap sistem The Fed, saya harus sampaikan semua ini secara berimbang. Saya pribadi tidak suka dengan sistem The Fed (alasan terkait ini akan saya ulas di kesempatan lain), tapi saya juga tidak sepakat dengan teori yang terlalu dibuat-buat hanya untuk meningkatkan popularitas pihak-pihak tertentu.

4. Freemasonry Mengontrol Populasi Dunia

Akhirnya, inilah teori yang paling aneh (absurd) menurut saya. Klaim tentang keterlibatan Freemasonry dalam pengendalian populasi hanyalah didasarkan pada spekulasi, kabar burung, dan rumor yang tidak berdasar, yang membuat organisasi ini “overrated.”

Pengendalian populasi akan membutuhkan sumber daya yang sangat besar, koordinasi, dan implementasi kebijakan yang luas di seluruh negara dengan berbagai budaya, kepercayaan, dan sistem politik. Dengan kata lain, pengendalian populasi global akan membutuhkan upaya besar-besaran dalam hal kontrasepsi, keluarga berencana, dan bahkan mungkin sterilisasi paksa atau tindakan kontroversial lainnya.

Menerapkan kebijakan semacam itu di seluruh dunia akan menimbulkan perlawanan yang signifikan, kesulitan logistik, dan tantangan hukum, sehingga sangat tidak mungkin bagi organisasi mana pun, termasuk Freemasonry, untuk mencapai tingkat kontrol ini.

Kita mungkin tidak menyadari bahwa perlawanan ini sudah datang dari Jepang, China, hingga Korea. Negara-negara ini mengalami masalah jumlah penduduk yang menyusut, meskipun di China belum sampai taraf yang mengkhawatirkan.

Di Jepang, depopulasi ini sampai membuat Perdana Menteri Fumio Kishida khawatir apakah mereka dapat terus berfungsi sebagai masyarakat di masa yang akan datang, seraya menambahkan bahwa mengatasi angka kelahiran yang sangat rendah “tidak dapat menunggu dan tidak dapat ditunda.”

Di Korea Selatan, pemerintahnya mewacanakan gagasan untuk menghapuskan utang bagi pasangan yang sudah menikah dan melahirkan anak. Sementara di Korea Utara, pemimpinnya, Kim Jong Un, sampai harus menangis, meminta para wanita di negaranya melahirkan banyak anak.

Ini membuktikan bahwa banyak negara jusrtu secara aktif mendorong pertumbuhan populasi, alih-alih mencoba mengendalikan atau menguranginya. Sehingga, klaim pengendalian populasi ini, apalagi digagas dan dilakukan oleh hanya satu organisasi tunggal seperti Freemasonry, sangatlah mengada-ada.

Pengendalian populasi, dengan alasan apapun, bertentangan dengan hak asasi manusia, kebebasan reproduksi, dan nilai-nilai agama dan budaya. Apabila mereka melakukannya, mereka justru merusak nilai-nilai organisasi yang mereka anut sendiri.

Apa penilaian Anda tentang artikel ini?
+1
0
+1
0

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.