Ada yang bilang bahwa drama antara Tim Penjualan dan Tim Keuangan adalah rahasia umum yang ada di setiap perusahaan. Meskipun pengalaman saya pribadi mengafirmasikannya, sejujurnya saya masih ingin tidak menganggapnya demikian.
Sebagai seorang akuntan, tentu saja hal itu sangat nyata bagi saya. Namun, saya masih percaya bahwa semua itu hanyalah tentang komunikasi dan kolaborasi.
Di sini, saya tidak memposisikan diri sebagai bagian dari tim manapun, melainkan hanya sebagai blogger yang netral. Atau, kalau boleh berandai-andai, saya memposisikan diri sebagai seorang CEO sebuah perusahaan yang harus mengayomi seluruh karyawannya.
Seringkali, masalah yang muncul antar personal di lingkup profesional itu hanyalah karena model komunikasinya yang kurang tepat. Seringkali, kita yang tidak bisa mengesampingkan ego. Seringkali, kita yang tidak mampu berempati.
Komunikasi menjadi tidak efektif karena kita seringkali menyekat diri kita dengan paradigma bahwa kitalah yang paling benar. Tim Keuangan berkata, “Mereka itu tidak mengerti konsep pengelolaan dan pelaporan keuangan!” Sementara di sisi lain, Tim Penjualan mengatakan, “Mereka tidak mengerti konsep menjaga dan mengakuisisi pelanggan!”
Semua itu memang valid karena keduanya punya fokus dan target yang berbeda.
Di satu sisi, Tim Penjualan memprioritaskan pertumbuhan pendapatan dan kepuasan pelanggan. Di sisi lain, Tim Keuangan memprioritaskan penghematan dan kesehatan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Yang satu berpikir dengan konsep berbasis tunai aktual, yang satunya lagi berpikir dengan konsep akrual.
Ya, itulah rahasia umumnya! Kedua tim tersebut, di manapun perusahaannya, pastilah seperti itu adanya. Tapi, apakah harus selalu menjadikannya drama? Tidak, saya kira!
Kalian berada dalam sebuah kapal yang sama. Kalian dipayungi oleh visi dan misi yang sama. Jadi, marilah tidak memperkeruh suasana. Marilah tidak berdrama!
Sekali lagi, ini hanya tentang model komunikasi dan kolaborasi yang kurang tepat. Rapat internal saja tidaklah cukup. Mengapa tidak membuka diri, berinisiatif, mengajak rapat atau brainstorming atau ngopi-ngopi lintas bagian?
Gengsi? Mau sampai kapan? Di sinilah seorang CEO harus hadir–CEO yang cerdas dan mampu menjembatani dengan solusi (baca juga tulisan saya tentang biaya mahal dari kepemimpinan yang gagal di sini).
Oleh karena saya sedang menganggap diri saya seorang CEO sebuah perusahaan, izinkan saya menyampaikan surat terbuka kepada kedua tim penting itu di sini. Semoga surat ini bisa membuka diri mereka dari belenggu egosentrisme dan mencairkan suasana, yang katanya umum terjadi di setiap perusahaan.
Berikut surat terbuka dari saya:
Dear Tim Penjualan dan Tim Keuangan,
Kalian adalah dua pasang mata yang melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Tim Penjualan, kalian adalah matahari yang bersinar terang, memancarkan semangat dan energi. Kalian berbicara dengan pelanggan, menjalin hubungan, dan membawa bisnis kita ke puncak.
Sementara itu, Tim Keuangan, kalian adalah bulan yang tenang dan bijaksana. Kalian menghitung setiap angka, mengelola keuangan dengan cermat, dan menjaga agar roda bisnis tetap berputar.
Namun, terkadang matahari dan bulan bertabrakan. Gerhana (Drama) muncul. Tim Penjualan mengeluh tentang anggaran yang ketat, sementara Tim Keuangan merasa frustrasi dengan permintaan yang terus berdatangan. Kalian saling menyalahkan, mengirim email panjang, dan mengadu kepada atasan.
Tapi, perlu kalian ingat, kita semua satu tim. Kita berada di kapal yang sama, berlayar menuju tujuan yang sama. Kita butuh matahari dan bulan untuk menjaga keseimbangan. Kita butuh Tim Penjualan yang bersemangat dan Tim Keuangan yang bijaksana.
Jadi, mari kita berhenti berdrama. Mari kita bicara satu sama lain dengan hormat. Tim Penjualan, jangan lupa bahwa setiap angka memiliki cerita di baliknya. Tim Keuangan, ingatlah bahwa setiap pelanggan adalah potensi pendapatan.
Mari kita fokus pada visi kita bersama. Mari kita bekerja sebagai satu tim, mengatasi tantangan bersama-sama. Janganlah ada drama di antara kalian. Kalian adalah matahari dan bulan yang bersinar bersama.
Salam hangat, Aldi (CEO perusahaan kalian)