April Mop adalah tradisi yang sudah ada sejak Abad Pertengahan, dimana orang-orang saling mengerjai satu sama lain untuk merayakan datangnya awal musim semi. Kini, perkara ini menjadi hari di mana orang-orang dari berbagai usia dan latar belakang senang membuat lelucon, hoax, dan kejahilan terhadap teman, keluarga, kolega, bahkan orang asing.
Beberapa sumber mengatakan tradisi ini mampu menghilangkan kejenuhan, mengobati stres, dan berbagai keluhan lainnya. Namun, saya termasuk yang heran mengapa tradisi yang tidak bermanfaat ini bisa lestari di sebagian negara. Sebab dilihat dari berbagai sisi, saya tidak menemukan alasan yang memuaskan mengapa tradisi ini harus ada.
Dari sisi moralitas dan agama, Islam, agama yang saya anut, jelas melarang umatnya membuat lelucon terhadap seseorang dan berbohong. Jika dikatakan membantu secara psikologis dalam menghilangkan stres dan kejenuhan, sempit sekali rasanya kehidupan ini jika tidak ada cara lain selain dengan membuat lelucon dan berbohong. Apalagi dari sisi ekonomi, yang saya nilai hal ini sama sekali tidak ada manfaatnya.
Malah, beberapa kasus menunjukkan bahwa kebohongan semacam ini dapat membahayakan ekonomi. Sebutlah kasus cuitan palsu yang menyebabkan kerugian sebesar $136 miliar di pasar saham pada April sepuluh tahun silam. Dikatakan dalam cuitan itu bahwa terdapat dua ledakan di Gedung Putih dan Presiden Barack Obama terluka.
Memang, akhirnya cuitan ini dihapus dan dinyatakan sebagai kegagalan keamanan yang disebabkan oleh seorang hacker, tapi Index Dow Jones sudah terlanjur anjlok seketika dari sekitar 14.700 menjadi sekitar 14.570, sementara Indeks S&P 500 juga turun sekitar 1 persen. Lebih hebatnya, kerugian miliaran dolar ini terjadi hanya dalam dua menit sejak hoax itu disebarkan.
Kemudian, ada juga sebuah siaran pers palsu mengklaim bahwa Google mengakuisisi sebuah perusahaan China dengan nilai $400 juta. Berita tersebut menyebabkan lonjakan harga saham perusahaan, sebelum akhirnya diketahui bahwa itu hanyalah hoax. Sungguh ini sangat merugikan bagi para investor yang terlibat.
Apakah semua itu merupakan bagian dari April Mop? Sayangnya, semua itu tidak bertepatan dengan hari dimana tradisi “unfaedah” ini dirayakan. Namun yang jelas, kejadian-kejadian tersebut berangkat dari moralitas dan mentalitas yang sama, yaitu kebohongan.
Itu saja sudah sangat cukup bagi kita untuk mengakatan tradisi ini tidak bermanfaat dan justru riskan, bukan? Atau Anda masih berpikir itu hanyalah satu hal yang tak perlu dikaitkan terlalu jauh dengan April Mop?
Saya harap Anda tidak senaif itu sehingga harus menunggu hal yang lebih besar terjadi dan merasakannya sendiri untuk dapat menyimpulkan tradisi itu tidak bermanfaat.
Selain kontraproduktif dengan nilai-nilai ekonomi, April Mop jelas kontradiktif dengan tren penegakan hukum saat ini. Di banyak negara, termasuk Indonesia, hoax bisa membuat siapapun yang menyebarkannya dipidana. Bahkan di China, konsekuensinya bisa lebih serius sampai-sampai tradisi kebaratan ini dilarang di sana.
Inilah mengapa saya heran, sudahlah kontradiktif dengan penegakan hukum dan semangat moral yang baik, dirayakan pula! Di negara-negara maju pula! Padahal dari sanalah Behavioral Economics berkembang.
Sekedar informasi, Behavioral Economics ini adalah teori yang menitikberatkan perilaku manusia yang tak pernah lepas dari faktor psikologis dalam pengambilan keputusan ekonomi. Artinya, saat ini perilaku kita tengah disorot sebagai determinan penggerak pasar, dan dalam praktiknya rawan terdistorsi oleh berbagai motif, yang salah satunya adalah motif kawanan (herd behavior).
Motif ini sudah terbukti mampu membuat pasar kacau dalam beberapa kasus terakhir dan akan lebih buruk dampaknya jika dikaitkan dengan berita palsu atau hoax, sebagaimana contoh kasus yang saya sebut di atas.
Maka, dengan hadirnya teori baru ini, tradisi Abad Pertengahan semacam April Mop semestinya sudah terberangus di negara-negara maju (paling tidak), bukan malah dipertahankan. Mempertahankannya hanya akan mendekatkan wajah mereka pada preseden buruk hipokrisi karena tidak saja itu kontradiktif dengan moralitas dan hukum, namun juga pola pikir.
Jadi, bersyukurlah bagi negara-negara yang tidak terbiasa merayakan tradisi April Mop. Dengan begitu paling tidak mereka sudah menjauhkan ekonomi mereka dari kerawanan destruktif yang dapat dibawakan oleh prilaku kawanan dalam menyebarkan hoax.
Mari jangan biarkan hoax bertebaran di tengah-tengah masyarakat sekalipun itu hanya lelucon. Kita tidak ingin masyarakat menjadi terbiasa dengan semua itu, apalagi sampai jalannya ekonomi ini dipenuhi dengan unsur-unsur kebohongan — yang saya istilahkan hoaxonomics. Kita tidak berharap semua itu.